Jumat, April 29, 2011

Warisan nenek moyang

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Tabe Karaeng
Maaf saya bukan orang rewa dijaman sekarang  yang sering talekang, tapi kalo dijaman dulu jamannya sultan Hasanuddin. ok saya hampir sama rewanya., dan saya juga bukan orang yang suka pamer tapi sengaja ku memasukkan catatan beserta foto saya ini adalah semata-mata karena ini bagian dari sejarah saya dan sejarah nenek moyang saya dan juga kaitannya bahwa badik itu tak semata sebagai senjata perang untuk membunuh melainkan dikaitkan untuk keselamatan dari marah bahaya, kewibawaan dan simbol kedudukan raja-raja.

Maaf kalo ada yang tersinggung.


Nama saya Andi Muh Yusuf adalah nama Kakek dimana orang tua saya memberikan nama yang sama dengan kakek saya. tapi teman-teman panggil saja saya Yusuf Manggaukang karena saya belum yakin bisa memegang penuh gelar nama Andi.

Karena Andi itu harus memiliki jiwa seperti rasulullah (menurut saya) sedang saya belum bisa seperti itu, insyaallah mungkin butuh waktu untuk bisa mendapatkan status Andi.



Manggaukang collection
Setelah anda mengenal saya sekarang saya mau berkenalan dengan anda tapi saya mau berkenalan dengan menggunakan senjata tajam yaitu badik, hehehehe... maaf sedikit bercanda. Saya juga mau memperkenalkan pusaka-pusaka yang dititipkan dari orang-orang yang mencintai dan menyayangi saya sebagai salah satu pentuk penghargaan saya kepadanya dan sebagai jalinan persaudaraan dari keluarga besar kami.








Pertama

gellang

Badik kecil nan mungil ini kunamakan “badik Gellang”
Waktu kecil sebelum kakek saya meninggal. badik mungil ini dibuah tangankan ke-kakak saya dan kakak hanya menyimpan barang ini dilemari ibu, akhirnya saya ambil dan setiap siang sehabis pulang sekolah kuselalu membawa badik ini pergi mengaji, tapi bukan untuk pamer-pamer. saya memegangnya hanya untuk menjaga diri, seperti ucapan yang selalu dititipkan oleh bapak saya yaitu “jagai alemu. puang allataala tettong rimunrimmu”.

Selanjutnya semasa SMP dan SMA

Kedua

Gecong
Badik Ini kuberinama “Gecong”
badik dari Andi Zaenal Alam (karaeng tuju) diberikan kepada iparnya Puang Matterru ayahanda saya. terus diwariskan kesaya badik ini tipe lagecong.
Saya sering menidurkan badik ini ditas sekolahku, kecuali hari senin dan saat-saat ujian disekolah dulu. Badik ini kunamakan Gecong. Karena setiap ada yang ribut atau ada yang mencari gara-gara disekolah, pasti saya merasa panas seperti api, tapi akhirnya ketika saya mendatangi orang yang mencari gara-gara, sebut saja orang talekang, dia tidak berani macam-macam, mungkin dia tau karena saya bawa badik padahal saya tidak beraniji menikam takutka dipenjara.

Ketiga

Luwu


Badik ini kunamakan “Luwu”
Nah... badik ini saya jarang membawanya. badik yang masih tersimpan rapi dibawa kasur berkain bludru dimana saya selalu tidur dirumah.. dan sekarang badik ini sudah karatan. Badik ini kunamakan Luwu. Kawali/badik ini dari Andi Aminuddin (Petta Nyonri) dari Mare Kabupaten Bone. Petta Nyonri ini adalah Keturunan dari Andi Baso Amir saudara panglima jendral Muh Yusuf, dia keluarga dari kerajaan bone terus badiknya diwariskan ke-saya keponakannya.

Keempat


Sele
 

Kunamakan “Sele”
Dari deretan badik yang tadi saya miliki diatas tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Sele yang saya miliki ini.
Sejarah sele ini. : “ Sele ini dari kabupaten bone ahli waris dari arung lanca pole bone. Pemilik trakhir Andi Langbolle (Petta gellung) diwariskan ke cucunya yaitu kakek sya H. Andi Muh Yusuf (karaeng bontoa ke-22) kerjaan kecil di kabupaten Maros. Salah satu dari kerajaan toddo limayya. Setelah kakek saya meninggal sele ini diberikan kepada ibu saya Hj. Andi Hamrah terus ibu saya mewariskannya kesaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar