Selasa, April 12, 2011

Rasa pisang Epe

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Terniang di awal bulan Februari, sapaan hujan menggujur sehari semalam, begitulah sapaan rindunya pada bumi setelah beberapa hari  tidak bertemu pasca usai tahun baru 2010,
 Ketika usai memita tali sepatu dan siap memakai jas hujan langsung saja saya keluar dari lubang UKM Seni Umi, a...a...a...a...a.... begitulah   Kak Subhan mengagetkan’ku di pintu sekretariat UKM. Saya langsung bertanya padanya
Ucu : dari kerjaki kak Subhan?
Subhan : belikow dulue Pisang epe, mantap sekali hujan-hujan hujan makan pisang epe.
Saya heran sepertinya pertanyaanku langsung di potong oleh kanda yang Gagah ini,
penjual pisang epe yang selalu menjajahkan jualannya di kampus UMI. sangat variatif dikala musim kemarau dia menjual Es’tong-tong dan ketika musim hujan tiba, berprofesilah dia menjadi penjual pisang epe.
Dia selalu jualan Es dan Pisang epe di UMI dan sudah hampir setahun saya melihatnya di kampus Hijau yang bersejarah ini.
Ucu : “Pak satu porsi dulu”, begitulah caraku memesan makanan teradisional tersebut.
Coba itu
Kuperhatikan dengan matang-matang proses pembuatan pisang epe dengan membakar pisang hingga matang, justru suatu proses yang butuh keahlian membakar pisang dan tahu betul tingkat kematangan pisang pada saat di bakar diatas bara api. Setelah itu pisang langsung di tumbuk dengan kayu, ternyata klasik juga yach pembuatannya.... setelah itu pisang di lumuri cairan gula merah yang masih panas dan beraromakan durian hingga menciptakan bau yang khas di sertai kepulan asap yang tipis menjadikan suasana pada saat itu tidak terlupakan.
Seketika kulahap.  memotong pisang dengan sendok bersama kak subhan membuat sore itu romantis sekali, sepiring berdua..... hehehehe ,,,,
Kutilik ternyata pisang epe, berdasarkan rasa  sangat khas, juga nilai Estetika disaat melihat pisang begitu indah saat di lumuri cairan gula.....
Sambil menikmati makanan tradisional tersebut, kini hujan mulai meredah dan cuaca yang pasih di sore itu menunjukkan jam pulang mahasiswa parmasi yang berjalan pulang menginjak genangan air tampa belas kasih..... namun saya tak peduli dan minta lagi pisang epe satu porsi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar