Rabu, April 13, 2011

DI ATAS PETE-PETE ANTANG

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Masih terlalu cepat untuk bangun pagi ini mungkin gara-gara dingin sebab dari kemarin pertemuan rindunya hujan pada bumi begitu melakat dan mendekap bagai pasangan yang tak terpisahkan di penghujung bulan maret, dengan cepat kutikam lagi pagi bunyinya bismillah.... bersuci dan kubentangkan sajadah, takbir yang diawali niat usualli fardha subhi rakaataini..... alangkah rugiku berapa bulan ini saya tidak menghadapmu lewar sujud. Ampuni dosaku. Waktu pukul 06:30 kuambil handuk oranges dan segera mandi. “Uangta dulu 3000” pintahku pada om darwis, hari ini saya mau naik pete-pete ucapku. 

DEPAN KAMPUSKU INI
Kulambaikan tangan dibibir jalan sambil menunjuk kebarat tanda simbol kesentral bagi supir pete-pete, kuayunkan kaki naik keatas  pete-pete dalam hati mengucap bismillah dan segera duduk di sudut bangku paling belakang. Sebelumnya sudah ada beberapa orang diatas angkot selain pak subir yang rambutnya mulai menipis (botak), disana ada seorang bapak kira-kira sudah berumur 35 tahun dan 2 anak perempuan yang memakai seragam SD salah satunya memakai tas bercorak batik dia berambut geriting dan anak sd yang satunya berambut lurus, di sampingnya ada seorang anak laki-laki yang sudah menjejali sekolah menegah atas (sma) dan di hadapan saya duduk seorang wanita yang berjilbab dan memakai almomater biru yang berlogokan di bagian kantong depan jas almomaternya Universitas Muhammadiah, musik dangdut dari stasiun radio gama fm membuat riuh suasan hati diatas laju putaran ban mobil. di perjalanan kira-kira 500 meter mobil berjalan seorang ibu  yang memakai seragam kantoran pegawai negeri naik kepete-pete, lagu dangdut masih mewarnai suasana yang memekak diam diantara kita semua diatas angkot, siarannya gama fm, di perapatan pasar antang seorang gadis naik kepete-pete dia mungkin seumurku dan sepertinya dia juga kuliah farfumnya cukup harum untuk menambah pengap dan menyengat dan menghilangkan suasan dingin diatas kursi kita masing-masing, dia duduk disebelahku, anak sd itupun mulai turun di pannara merupakan salah satu sd di antang, kulihat kedepan pak supir mulai melap kaca bagian depan pandangannya, dan tak lama kulihat gadis itu mengeluarkan selembar uang 2000 dari tasnya.. bunyi crassss.... begitu menghempas genangan air hujan yang tergenang di pinggir aspal sepanjang jalan  antang. 

Seorang pemuda dan wanita mulai naik ke pete-pete di jalan setelah melewati bukit baruga. Pemuda yang memakai baju yang bergaris hijau putih dan perempuan yang memakai celana pink, dan seorang bapak yang memakai jaket dan menggenggam ponsel n95. Dan tak lama kemudian mulai turun salah seorang dari mobil yang kami tumpangi, dan tiba-tiba seorang pemuda dari luar menggandul di bibir pintu mobil pete-pete, dan sedikit kedepan sekira 100 meter  anak sd mulai naik ke pete-pete. Ku buka tas dan mencari ponsel kulihat ada beberapa sms masuk di kotak masuk pesan saya pukul 07:25 tepatnya. Ibu dan salah seorang pemuda mulai turun di perapatan antang dan abdesir, seketika mata pak supit mulai gelisah melirik kiri dan kanan mencari penumpang, dan anak SD mulai turun, dan di di perjalanan anak sma kacak mungkin dia berumur 18 tahun. 

Mulai sibuk si supir mencari siaran di radio dan menemukan radio telstar 102 FM. Tidak lama kemudian ucapku kiri pada pak sopir yang tampak malu-malu terhadap penumpang angkotnya, mulailah aku melangkah sambil tunduk diatas pete-pete dan turun perlahan pada bagian tangga mobil, setelah membayar mulailah berjalan masuk ke dalam kampus bersejarah kampus universitas muslim indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar