Rabu, April 25, 2012

Dapatka Anjing


Assalamu alaikum Warahmatullahi wabarakatuh

Dalam perjalanan pulang dari mancing di empang minggu tanggal 22 04 2012, sore kejadiannya. saya mendapatkan seekor anak anjing. Bulunya coklat berpadu hitam dan abu-abu. Kelihatannya lucu, tapi kuyakin kelak dewasa anjing itu bisa buas jika kudidik menjadi buas, dan akan menjadi ramah seandainya kuberi kasih sayang. Hampir 20 menit saya menatap anak anjing itu dan berpikir kalau saya tidak membawanya pulang dan memberinya makan pasti dia akan mati kelaparan. Tapi jika saya membawanya pulang. Orang-orang dirumah heran, bahkan marah atau bisa saja ayahku membunuh binatang lucu ini, maklum kami Muslim yang dalam ajaran menajiskan jika jilatan anjing mengenai tubuh kami.
Dan akhirnya, otak saya ditabrakkan dengan masalah ini. Tapi hati saya selalu memilih membawanya pulang.  dan atas nama kehidupan saya tidak boleh membiarkan anak anjing itu mati, ku kuatkanlah hatiku dan anak anjing itu ku goyong dalam rangkulan lenganku.
Setiba didepan rumah kusimpanlah anak anjing itu disudut pagar dekat pohon jambu depan rumah. Akupun Langsung masuk kedalam rumah menaruh kail yang kupakai mancing di dekat jendela ruang belakang, dan ikan tangkapan tadi kusimpan dalam ember. Setelah mandi dan bersih-bersih. Aku mengambil wadah kuisikan nasi, ikan dan air ikannya yang masih hangat kuambil dari kuali.
Aku langsung membawanya keluar untuk memberi makan anak anjing yang tadi ku dapat.
Eh.... anjing itu sudah tidak ada lagi. Saya mencarinya diseluruh halaman, bahkan kepagar rumah tetangga, tapi anjing itu tak kutemukan.  Mungkin ada orang yang mengambilnya, ku harap semoga dia memeliharanya dan mengajarnya menjadi anjing sesungguhnya, yang selalu patuh pada tuannya.
\

Selasa, April 24, 2012

Bola Biru dan Merah


Assalamu alaikum Warahmatullahi wabarakatuh...

Kisah ini Dipersembahkan buat teman-teman Tim Hore KKN Profesi FKM UMI Gel. II tahun 2011 (Andy, Odhe, Haris, Bujang, Muthi’ah, Thami, Dewi, Rhara, dan Ranti). Maaf teman cerita yang dulu kukarang untuk menghibur kebersamaan saat kita istirahat di lokasi  KKN telah kutulis dalam bentuk cerita. Maaf saja ya... soalnya cara penulisannya Asal-asalanji.... Tabe.


Begini ceritanya.
Dedi adalah anak dari keluarga yang sederhana. Ayahnya bekerja diperusahaan swasta dan Ibunya sibuk mengurus rumahnya (Ibu rumah tangga). Walau iya menetap disebuah rumah yang sederhana ukuran tipe 25 yang letaknya  di kelurahan Ballaparang kecamatan Tamalate kota Makassar. Keluarga ini mampu bertahan ditengah jeratan krisis ekonomi yang mendera negara indonesia pasca rezim orde baru 1999.
Lingkungan kelurahan Ballaparang sangat padat penghuni. Mana lagi rumah berdempetan namun tak kumuh seperti rumah susun yang kerap di pandang sebagai hunian kelas ekonomi kebawah. Disanalah ayah dan Ibu Dedi tinggal. Maklum tempat kerja ayah dekat dari rumah. Ayah Dedi sudah lama berada di kota makassar. Yah... ada 15 tahun dia berada dikota Daeng. setelah menikah dia meniggalkan kampung halamnya di Jeneponto menekatkan diri berangkat kekota Makassar memutar otak dan membanting tulang untuk hidup bersama istrinya.

Keluarga ini baru dikaruniai seorang anak usianya 4 tahun. Anak yang lahir tepat tanggal 4 Agustus 2007 bernama Dedi. Dedi adalah anak pertama. Iya laki-laki, Dedi berkulit gelap dan berbadan gemuk. Diusia 2 tahun berat badan Dedi boleh dikatakan tidak seperti berat badan anak-anak seumurnya, sebab Ibu selalu memberinya susu botol, bubur bayipun tak tanggung-tanggung dibelinya di supermarket. Bukan hanya itu saja, nutrisi dan pola gizi yang lebih selalu diberikan pada Dedi sangat tidak seimbang, sebab Ibu sangat sayang Dedi dimana setelah menikah 15 tahun dan ditahun ke 11 baru dikaruniai seorang anak. Dedi hidup dalam kasih sayang Ibunya yang berlebihan walau timang-timang anak kusayang seperti dalam lagu jadul tempo dulu tidak bisa di sejajarkan dengan kasih sayang Ibu kepada Dedi.

Dedi bisa hadapi dengan riangnya hidup sederhana dan belajar serta bermain dikala hidup ini semakin penuh persaingan. Kini umur Dedi genap 4 tahun. Ia tidak pernah merepotkan orang tuanya seperti anak sebayanya. Sebab Dedi beda dengan anak yang lain. ini semua karena kesederhanaan hidup yang dihadapinya sejak bayi.

Di tahun 2011 pada hari selasa 23 maret. Ibu Dedi yang sedang hamil hendak memeriksakan kandungannya disalah satu Puskesmas terbesar dikota Makassar. Nama Puskesmas tersebut yaitu Puskesmas qassi yang letaknya dijalan Tamalate sebelah selatan kota Makassar.
Pagi pagi tepat pukul 09:00. Ibu Dedi bersiap siap berangkat bersama Dedi dikala mendungnya langit ketika akan turun hujan yang sebentar membasahi kota anging mammiri itu (kota makassar). Demi kandungan tersayang Ibu Dedi tak mau mengurungkan niatnya walau hujan menghalangi perjalanan kesana. “Palingan basah, kan ada payung” begitu sontak ucap Ibu Dedi dalam hati sambil menatap kelangit setelah berkemas kan berangkat menuju Puskesmas.
Sumber : http://kfk.kompas.com/kfk/view/107461 

Ibu Dedi sudah mengandung 1 semester 2 minggu. Dalam perjalanan kepuskesmas  menggunakan becak. Dedi sangat rewel diatas becak, hingganya tepat dipersimpangan jalan terlihat penjual mainan, dibelinya pula dua buah bola warnanya merah dan biru. Dedi sangat senang, maka tenanglah suasana diatas becak menuju Puskesmas qassi.
Sempoyongan Ibu turun dari becak, mana lagi hujan tak redah bahkan semakin bertambah deras hingga jaketpun yang dipakai Ibu digunakan untuk menutup kepala Dedi yang mungil itu. Setiba di pintu masuk Puskesmas, terlihat begitu banyak pasien yang berkunjung disana, namun sepertinya Cuma sedikit yang memeriksakan kandungan bagi Ibu yang hamil. Tidak terasa sudah 15 menit iya berada di kursi panjang, kursi pengunjung Puskesmas itu.

Tibapun giliran namanya dipanggil. Dengan menggenggam nomor loket dan kartu kesehatan. Ibu Dedi menuju ruang pemeriksaan. Ruangan pemeriksaan ini sangat dekat dengan ruangan kepala Puskesmas. dengan segera perawatpun melayaninya, seperti minggu minggu yang lalu dimana perawat itulah selalu menjumpai Ibu Dedi. Maklum di Puskesmas ini banyak sekali perawat yang praktik.  Dengan digoyong naik  dan ditidurkan di atas bangsal pemeriksaan, perawat memanggil Ibu Bidan yang akan memeriksa kandungan Ibu Dedi.


Ibu Bidan : bagaimana perasaanta Ibu .? (sambil memeriksa denyut nadi Ibu Dedi)
Ibu Dedi : hari ini baik baik saja bu. (ucap Ibu Dedi sambil lepas tersenyum)
Ibu Bidan : tidak lari-lari jaki tadi ke Puskesmas.?
Ibu Dedi : yah... tadi bu waktu turun dari becak, saya sempat lari menuju masuk gerbang Puskesmas.
Ibu Bidan : “Ibu jangan lari-lari. itu tidak baik untuk kondisi kandungan-ta.” berkata Ibu Bidan padanya
Ibu Dedi : “Tadi hujan jadi saya lari....” ujar sang Ibu sambil kwatir dalam hatinyapun berucap  “semoga kandunganku sehat” amin.

Di atas bangsal dimana Ibu Dedi sedang terbaring dengan segera Ibu Bidan sedikit mengangkat baju yang dikenakan Ibu Dedi, sambil melakukan metode palpasi (perabaan) pada perut. Ibu Bidan melakukannya dengan sangat hati-hati, dengan cekatan dan ketekunan sambil mewawancarai Ibu Dedi, sangat berarti bahwa Ibu Bidan begitu perhatian terhadap pasien yang ditanganinya. Namun saat pemeriksaan berlangsung, Herannya pun kenapa bisa berisik dibawah bangsal, ternyata Dedi juga masuk dan bermain dibawah ranjang dimana Ibunya diperiksa diranjang bangsal itu.


Ibu Dedi : “suster angkat keluar anak saya itu”. dengan ketus Ibu marah pada Dedi, menyuruh suster cantik asisten ibu bidan yang sedang praktik diPuskesmas itu.
Suster : biar saja Ibu, tidak apa-apa kok dia kan masih kecil, biarkanlah dia bermain sambil menunggu.
Ibu : oh iya yah... namanya juga anak-anak.


Ribet benar Ibu Bidan mengotak atik perut Ibu Dedi seolah bayi dalam kandungan itu besok akan lahir, sebentar-sebentar diraba, sebentar sebentar dikupingi. Dan Dedi sendiri asik bermain bolanya yang bulat mirip dua kali mata sapi.

Ketika Dedi keasyikan bermain bola diruangan pemeriksaan kandungan. tiba-tiba suara guntur terdengar meledak membahana memekakkan telinga, diselingi lampu diseluruh ruangan Puskesmas mati tiba-tiba, kagetnya Dedi saat bermain bola, dan bola itu jatuh menggelinding keluar ruangan dan berputar-putar masuk keruangan kepala Puskesmas.

Astaga gelisah Dedi mengucap dalam hati bahwa bola merah kini hilang. sembraut hati kecil anak ini berontak mau menangis. Seperti mendung awan tadi, sebelum berangkat kePuskesmas bersama sang Ibu.
Akhirnya Dedi mengeak, menangis seolah mengusik sang suster yang kegablangan mencari senter dilemari.
Hus...... diam. jangan rIbut. Tak tanggung-tanggung  suster membentak Dedi secara spontan.
Ibu Dedi berkata “suster jangan marah sama anak saya. biasakhan namanya juga anak-anak suster” suster menjawab “tapi tidak baek anak laki-laki cengeng” dan Dedi pun mendengarnya dan saat itu menjadi motivasi bagi dirinya diumur 4 tahun bahwa laki-laki tak boleh nangis.

Tiba-tiba setelah di marahi suster cantik. Dedi tertidur pulas kecapekan bermain riang dibawah ranjang. Dan beberapa jam kemudian ternyata Dedi terbangun dikamar rumahnya. Berontak Dedi kembali mengeak mencari bola merahnya. Ibunyapun membujuk Dedi “nanti kubelikan bola yang lebih bagus”, tapi Dedi tidak mau dia Cuma mau bola merah yang pernah dimilikinya. begitulah Dedi merengek pada Ibunya. Karena mainan bola itu adalah mainan pertama semasa kecilnya, maklum keluarga ini sederhana cuma bisa Ibunya memberikan konsumsi yang baik pada Dedi namun tak membelikan mainan yang berarti buat Dedi.
Ibu Dedi tak bisa berkata apa-apa dan membiarkan Dedi melinangkan air matanya. Dalam hati Ibu “namanya juga anak-anak sebentar pun dia akan berhenti dan melupakan bola merah itu”
hehehehehe...... Dedi berbeda dengan anak kecil sebayanya. Dedi type laki-laki yang konsisten selalu sayang pada apa yang pernah dimilikinya.

Beberapa bulan kemudian adik Dedi lahir, dan tidak lama Dedipun bertumbuh kembang menjadi seorang anak yang cerdas, dan mulailah Dedi disekolahkan SD, SMP, SMA dan dilatih untuk menjadi seorang yang cerdas berilmu ilmiah serta beramal amalaiah dan berakhlatul karimah seperti visi kampus yang dimana Dedi menginjakkan kakinya dibangkuh kuliah, Dedi dikuliahkan di fakultas kedokteran universitas muslim indonesia tepat ditahun 2030. Dan selesai tepat pada tahun 2035, setelah itu Dedipun lulus menjadi dokter ditahun 2038 dan melesat karir Dedi menjadi dokter diPuskesmas dimana Puskesmas yang dulu adiknya dilahirkan.

Minggu pertama Dedi bekerja langsung teringat dengan kisah bola merahnya yang dulu hilang menggelinding keruangan kepala Puskesmas. Penasarannya Dedi pun mencari tau dimana kepala Puskesmas itu tinggal, dIbukanya lemari bagian administrasi Puskesmas untuk mencari tau siapa kepala Puskesmas yang menjabat ditahun 2011 itu, dan ternyata lembar demi perlembar buku administrasi tidak ditemukan datanya, tapi Dedi terus berjuang hingga bertanya kepada seluruh pegawai yang bekerja disana, serontak jawabanpun terjawab dari mulut Ibu tukang bersih-bersih dirumah sakit itu. Katanya di tahun 2011 yang menjadi kepala Puskesmas namanya Dr. Siti mardiah, dia kepala Puskesmas yang telaten dan tekun dimasa-masa itu. Puskesmas kenaikan pamornya diseluruh Puskesmas di kota makassar sebagai Puskesmas percontohan. Dedipun bertanya tentang alamat rumahnya dimana.?  Ibu tukang bersih-bersih cukup banyak tau tentang informasi Ibu Dr mardiah ini.

Keesokan harinya Dedi meniatkan dirinya untuk bersilaturahmi ke Ibu Dr. Siti mardiah, dan sesampainya didepan pintu rumahnya.


Tok tok tok.... Assalamu alaikum begitu Dedi dengan santun memberi salam untuk bertamu dirumah mantan kepala Puskesmas ini. Akhirnya dIbukakanlah pintu rumah yang terbuat dari kayu jati nan kokoh.
Iyhe... cari siapa.?  begitu jawab seorang wanita yang keluar dari pintu rumah, umurnya sebaya dengan Dedi dia cantik juga manis kulitnya mulus putih bersih dan lekuk tubuhnya moleg.
Dedi : Iyhe,,, saya mau ketemu  dengan Ibu dr. Mardiah.
Masukki didalam...  ucap wanita itu

Dedi pun duduk disofa yang empuk dan mewah, ruangan yang wanginya sewangi mawar ini serasa ditumpahi putik-putik beragam bunga mawar.
Berbincang lah Dedi dengan wanita ini, ternyata wanita ini adalah anak dari Ibu dokter Mardiah, namanya Fatimah. Panjang lebar mereka bercerita, singkatnya ternyata Ibu mardiah sudah lama wafat ketika fatimah berumur 15 tahun.
Sembari menunggu-nunggu
Fatimah ijin kebelakang dulu mau membuatkan segelas teh hangat buat Dedi.
Sambil Dedi menunggu teh hangat yang diramu Fatimah. Dedipun kaget melihat lemari kaca berisi pajangan yang  di bingkai kaca ternyata dalam bingkai terlihat bola merah.
Herannya pun Dedi dengan cepat matanya melotot memplototi bola itu, dan berusaha mengingat sebuah kenangan yang dulu pernah disimpan rapi dalam gudang ingatannya.
Tidak percaya “begitu Dedi berkata dalam hati” ini bolah merah saya. ucapnya
Tiba-tiba muncullah fatima dari pintu  selepas dari dapur.
Kagetnyapun Dedi menjungkal kakinya dengan lihay untuk kembali duduk manis disofa yang empuk tadi.  Sedikit malu karena gerak geriknya dilihat Fatimah.


Fatimah : Anda kenapa.? Bertanya kepada Dedi
Dedi : Tidak ada kok. Tadi Cuma meliat liat pajangan dilemari sana.
Fatimah : Ow.... kirain apa. (Begitulah mereka saling senyum-senyum).
Dedi : saya mau tanya tentang pajangan bingkai Bola merah disana ?.
Fatima : ow... itu bola merahku,
Dedi : kenapa anda memasang bola yang jelek itu itu, pasti ada ceritanya.?
Fatima : hehehe iya, dulu itu bola adalah teman sejati saya, karena setiap harinya saya selalu bermain dengan bolah merah itu sampai-sampai ditas sekolahku selalu kuselipkan bola itu dan itu menjadi kenangan yang sangat berarti bagi saya.
Dedi : menarik juga yach kisahnya. Memangnya bola merahnya dapatnya dari mana.?
Fatimah : ibu yang memberikan saya. Saya tidak tahu dimana ibu membelinya, tapi seingatku ibu membawanya selepas pulang dari puskesmas

Singkat cerita akhirnya dia menikah dan mempunya 11 orang anak ........... hahahhahahaha Sorry teman  tidak adami sambungannya malaska berpikir. 

Senin, April 23, 2012

Sejenak di rumah Firman Djamil


Assalamu alaikum Warahmatullahi wabarakatuh

Dan malam sebagai alaram petanda usainya pekerjaan langit-langit rumah.
Panjang ceritanya mengapa kubisa bertandang di rumah Firman Djamil. Kemarin tepat tanggal 20 HP saya berdering, sebuah panggilan dari teman sekaligus saudara dari ukm seni yaitu Taufik Dany. Hampir dibilang dia sudah 2 bulan akrab bersama rumah Firman Djamil. Kedatangannya kesana semata-mata ingin belajar kesenian dan mencari jati dirinya.

Tepat pukul 11:30 WITA saya sudah berada di kawasan benteng Somba Opu, sempat aku tidak tahu letak rumah Firman Djamil, namun arahan Dany melalui pesan SMS membuat aku tidak berlama-lama kebingunan tersesat menuju jalan yang benar.

Sayapun tiba tepat dibawah rumah kayu yang tiap pilarnya begitu kokoh dipandang dari sudut manapun. Inilah dia rumah Firman Djamil. Suasana dirumah ini tenang, namun sedikit membuat bulu roma berdiri jika membayangkan kalau rumah ini berhantu. Tapi jangan kwatir rumah ini sangat ramah bagi setiap tamu yang berniat baik, apalagi jika ingin belajar. Pasti pintu terbuka lebar baginya para jiwa pengembara.

Akhirnya aku sudah berada di pekarangan rumahnya. Dany menjemput saya dan menggiring saya untuk naik kerumah itu. Ucapku salam dalam hati, ketika mata ini dijemput lukisan-lukisan Abstrak disana. Dalam rumah ini terlihat terpajang-pajang akan hasil karya rupa tapi disana-sini terlihat karya yang begitu aneh. Dan belum pernah kujumpai.

Saya duduk dalam rumah ini dan berbincang dengan dany, sebenarnya apakah yang ingin kita kerjakan sebentar. Dany pun mengantar saya ke teras rumah kayu ini. Sedang terlihat Firman Djamil mengukur karpet karet berwarna hitam. Dimana sebentar akan dipasang di plapon tepat didapur rumahnya. Sempat saya langsung membantunya untuk menggulung karpet tersebut. Dan disinilah kali pertamanya saya bicara dengan seniman terkenal ini. Dia berkata padaku “siapa namata.?” Sayapun menjawab “ucu” dan menanyakan lagi “dimana tinggal ucu” saya mebalasnya “dimaros kak” dia bertanya lagi “ada tanahmu kau jual dimaros” saya membalasnya “tidak tahu kak, soalnya bukan saya punya tanah, orang tuaku ji yang punya tanah”. Dia tersenyum dan berkata “kau pemain teater ya” saya bilang “ bukan kak, saya main musik kalo di ukm seni”. Akhirnya tidak ada lagi perbincangan diantara aku dengannya.
Aku sudah membersihkan gulungan karpet hitam itu, dan tiba-tiba Chimo datang, chimo juga adalah saudara saya di UKM Seni UMI.

Akhirnya pekerjaanpun dimulai, dengan membersihkan plapon yang sudah beberapa tahun tak diperbaiki, terdapat banyak debu diatas plapon hingga dada ini terasa ngilu ketika bernafas diatas. Dengan rapi Firman Djamil dan kami mengerjakan atap plapon itu.  Dan tak terasa sudah magrib kita mengerjakannya tanpa istirahat. Dan pekerjaanpun selesai.

kamipun turun melihat hasil kerja kami. Wao.... ternyata plaponnya seperti atap panggung teater.
Setelah itu dany memasak nasi dan mengeluarkan dari kulkas ikan yang sudah dimasak tadi siang untuk dilahap pada makan malam ini. Setelah makan malam Saya senang dengan prilaku Firman Djamil, sebab sisa-sisa makanan seperti tulang ikan, dan sisa-sia nasi. Dikumpulkan dan diberi kepada makhluk hidup yang ada dibawah rumahnya, seperti kucing, anjing, ayam. Dan mengatakan disini juga ada mata rantai makanan. Saya heran ternyata itu adalah jawabannya dan darinya itu saya memetik sebuah pelajaran “jadikanlah hidup ini lebih bermakna”.

Mau liat karya-karya Firman Djamil

Kamis, April 19, 2012

Ternyata Marahmu adalah candu bagiku

Assalamu alaikum Warahmatullahi wabarakatuh...
“Sayang jika kamu marah padaku, luapkanlah kemarahanmu supaya kumengerti begitulah cara bencimu padaku. Dan marahmu pula mendidikku untuk menyayangimu kelak jika kamu sudah tua dan tak bisa marah-marah lagi padaku. Salam kecup dariku”.

          Sebenarnya aku benci untuk menjadi bagian dari kekecewaanmu namun pertemuan kita sangat romantis jika mengingatnya. Waktu itu Kuberi kau setangkai bunga, namun kau membalasnya dengan kecupan yang sangat berkobar. Aku mabuk jadinya, gontai gerak bibirku sedikit tertatih karena kutahu moment kecupan itu tidak tepat bagiku.

(Ucapku benci padamu)
"Mengapa kau mengambilnya, itu ciuman pertama yang kusimpan buat istriku kelak.?"

"Tidak usah kawatir, jangan menangis" (Ucapmu sambil menegarkan hatiku yang rapuh ini).

         Akhirnya dengan mudahnya kau merayuku dan mengambil segala yang berarti bagiku. Aku malu menatap binar matamu untuk sesaat waktu itu. Tapi kutahu kalau SMS yang kau kirimkan dan tak pernah kubalas membuatmu rindu setengah mati padaku, jadinya bisa saja kecupan itu adalah luapan rindumu. Wajarlah ungkapku, ternyata itu alasan mengapa engkau melakukan hal yang tak senonoh padaku. Tapi ternyata dugaku salah. Kau terbawa kemarahanmu semenjak kekasihmu meninggalkanmu untuk sementara. Jadinya kecupan yang kuharap sebagai tanda rindumu padaku, ternyata adalah rindumu pada sang kekasih yang menelantarkanmu dalam pengembaraan cinta yang panjang dan terkatung.

Aku heran, kau anggap apa aku selama ini. Tapi aku berusaha untuk tetap tegar dan bersabar menyadari posisiku sebagai selingkuhanmu yang akan selamanya menjadi malaikat yang tak dianggap. Kumaklumi jika kau rindu pada kekasihmu yang telah meninggalkanmu. Tapi kuharap janganlah kau terlarut dalam kesedihan panjang itu, karena  kutakut itu bisa menjadi ranjau yang tertanam dalam pikiranmu dan membuatmu gila kapan saja.

Lepaskanlah bebanmu sayang.... lupakanlah masa lalumu, aku selalu ada didepanmu.

Aku mencoba merasakan apa yang kau rasa, tapi kedalam kucoba nyalakan unggun dalam gelapnya hatimu. Kutemui Kau telah menoreh  secarik kertas dan meninggalkannya di lemari yang tersimpan rapi disudut hatimu. Tulisannya sulit ku artikan dan belum sempat kuterjemahkan tiba-tiba dalam keheningan aku di kagetkan oleh temaran rembulan yang tiba-tiba muncul dari gumpalan awan tebal diatas dinding-dinding hatimu yang kokoh dan berlumut.

Rembulanmu memergotiku, menangkap dan menghakimiku, aku disakitinya. Dia memaksaku untuk menjawab semua pertanyaan mengapa aku berada ditempat rahasia ini.
Aku menolak menjawabnya karena kutakut mengecewakanmu, tapi dia mencambuk mulutku, sakitnya minta ampun seperti api dicambuk melecut di lidah ini. Sepertinya dia tahu aku menyimpan rahasiamu. Akhirnya aku menangis dan mengaku pada rembulan yang ada di hatimu, bahwa “Aku telah membaca hatimu”. Maafkan aku sayang, aku telah sembunyi-sembunyi menyelinap masuk kelubuk hatimu, dan kini aku malu menemuimu, malu sekali aku menunjukkan wajahku kehadapanmu jika seandainya kita bertemu. Sekarang tak ada yang bisa kuperbuat kecuali berharap rembulan dihatimu mengadu padamu dengan pesan yang kutitipkan padanya :
                              “Ajarkan aku menjadi selingkuhanmu”


Sabtu, April 14, 2012

Bukan saya yang bussu, Pete-pete’ta yang Bussu

Assalamu alaikum Warahmatullahi wabarakatuh


Hari ini kamis 12 April 2012

Jam 1 siang perjuangan ini akan kumulai dengan semangat membara, aku akan mengikuti tes Toefl di UNHAS sebagai salah satu persyaratan ujian kelulusan masuk perogram pasca sarjana disana. Namun perjalanan ke UNHAS sengaja kubuat berbeda. Aku sudah lama tak naik pete-pete jadinya kusimpanlah motor di sekeretariat UKM Seni UMI supaya kumerasakan kesederhanaan seperti mereka orang-orang yang sederhana.

Pete-Pete
Kutahu bahwa jarak antara Kampus UMI ke Kampus UNHAS  adalah 8 Kilometer, mana lagi Nuansa makassar dengan teriknya matahari terasa menyengat kulit, maka kupakailah jaket Sambil kupasang headset, dan mendengarkan musik. Ku ulurkanlah tanganku dibahu jalan sedikit condong tubuhku kedepan setelah melihat mobil 05 kode UNHAS.
Mobil tersebut singgah. Ku tengok dari cermin ternyata sudah full penumpangnya. Bueghdeedee.... dalam hati ringkas sekali berkata tidak ji pak, tapi logika ini berucap saya bisa terlambat ikut ujian kalo begini. Maka kupasrahkanlah diriku untuk siap berhimpitan diatas mobil.

Ku pause kan musik yang tadi sempat kuputar melalui HP. Dengan lincah Kaki kanan saya mulai masuk dipintu pete-pete. Kumenjumpai seluruh penumpang ternyata kaum hawa. Akupun merundukkan kepalaku seolah kepala ini melirik sela-sela kursi penumpang yang kosong, ternyata sama sekali tidak ada tempat duduk kosong kujumpai.

Ah......  kugelengkan kepala. Niatku turun dari mobil pete-pete sangat besar, namun kubayangkan bagaimana jadinya jika aku terlambat ikut ujian.

Ow..... ternyata ada tempat duduk yang tidak diduduki, tepatnya didekat pintu pete-pete, belakang pak supir. kursinya kecil. Hanya seorang yang bisa duduk disana. “biarmi deh.. disinima” ucapku dalam hati.

Mobil pete-petepun berjalan. Kembali lagi aku mem play kan musik di HP sambil bersenandung dalam hati. Ku coba melihat seluruh perempuan-perempuan yang ada diatas pete-pete. Wah.... sepertinya kebanyakan mahasiswi, tapi ada juga wajah ibu-ibu terlihat dari kerutan garis parasnya.
Kembali lagi pandanganku kuarahkan keluar dipintu pete-pete, sekitar berada di depan kantor gubernur mobil ini berada.

Wah...... pak supir tiba-tiba memelankan mobilnya mungkin karena macet yang dihadapi didepan pintu gerbang kantor  gubernur. Tersendak tiba-tiba merem. Kursi ku bergoyang. Wadoh... aku terpeleset diatas mobil, aku hampir jatuh’duduk disini, ku juga hampir malu pada seluruh penumpang

Mobil kembali melaju...

Wu.... de eeeee..... aku mencium aroma yang sangat busuk diatas pete-pete, serontak penumpang yang berjilbab menarik sepotong jilbabnya untuk menutup hidung. Adapula yang mengatakan bussuk-nya, bau apa ini.? Begitulah dia bertanya pada seluruh penumpang yang penuh dengan tanda tanya akan aroma tersebut. ?????????????????

Dia menatap saya sangat keji, sebab sepertinya aroma ini berhembus dari belakang supir pete-pete, tepat dikursi yang saya duduki.

Astaga .... kulihat mata-mata perempuan yang memandangiku seperti mengejekku, apa yang harus kuperbuat disini.? Aku tak mau malu,.... ku lontarkan pula sebuah pertanyaan.
“ehmmmm Bussuknya, bau apa ini.?” Sambilku menutup hidung pakai tangan.
Kembai lagi kulihat gerakan Perempuan-perempuan sedikit menggeser kaca jendela mobil ini, supaya aroma tersebut sedikit ternetralisir dari hembusan udara yang masuk. Tapi kurasakan juga bau busuk ini belum lenyap. Begitu pula kupandangi semuanya masih menutup indra penciumannya.
Mataku melirik kesana kesini, darimanakah asal bau ini.?

Aku tak menemukannya, aku tak bisa menangkap asal bau busuk ini. Walau aku sudah mengendus-ndus sekitaran tempat dimana saya duduk.
Kiri pak..... salah satu penumpang mulai turun tepat didaerah panaikang (jl Urip Sumiharjo).

Mobilpun kembali melaju.

Aku heran aromanya hilang seperti kentut ditelan angin. Wah..... dalam hati ini berkata sepertinya ibu yang baru saja turun adalah sumber bau busuk disini.
Sekitar 50 meter mobil melaju.

Astaga............... KODONG..... adami sede ini bau busuk menyengat. Seolah memaksa para penumpang keluar dari pete-pete. Bagaimana tidak, ini bau sangat Busuknya minta ampun seperti tai manusia yang telah makan terasi.
Ya... ampun seperti tadi.. hembusannya berasal ditempat duduk yang saya dudukki.
Tiba-tiba aku mengangkatkan kepalaku menatap semua penumpang yang ada disini.
Mauka bilang “we.... kenapa semua nu liat-liat’tika”, tapi aku juga tak mau bilang, aku takut menyatkiti hati perempuan.
Terlihat ada yang mau muntah sambil menutup hidungnya, ada pula menghadapkan wajahnya keluar kekaca jendela. Dan ada yang masih menatapku sambil berbisik pada penumpang disampingnya seakan dia mengejekku.

Ya.... Allah... ow... PUANG
Saya tidak tahu lagi bagaimana caranya mengelak, sebab bau busuk ini kurasakan berasal dari saya. Tapi aku juga tak percaya kenapa bisa aku busuk. ????
Pak supir angkat bicara.....
Bottona ..... apa anjokah.??? (bahasa makassar) artinya busukknya apakah itu.???
Saya yang duduk dibelakang pak supir menjawabnya, “tidak tahu ini pak, bau apa. Dari tadi bussuk sekali, tiba-tiba hilang tiba-tiba datang”
Aroma itu sangat betul-betul busuk, tapi entah mengapa ketika didepan M-tos (jalan printis) bau busuk itu mulai menipis.
Dan ketika mobil sudah berada di depan dikampus STIMIK (jl printis) tiba-tiba bau busuk kembali menyerang hidung yang sudah menyerah akan kebusukannya.
BONARA....nya... kodong. tai orang ini, kupastikan aromanya sangat jelas ini betul tai manusia.
semua penumpang bersahutan berkata Busuknya.......
unde.. de... aku juga tidak tahan dengan bau ini, serasa aku  ingin melompat dari pintu pete-pete namun kupikir dekatmi tujuanku.
dan tiba pula lah mubil didepan kampus UNHAS.

Mobil mulai masuk digerbang pintu satu UNHAS, bau busuk tiba-tiba hilang. Saya masih heran kenapa bisa hilang.???? Aroma Apakah sebenarnya ini.?
Kiri pada pak supir, begitulah ucapku ketika sampai ditujuan.

Setelah membayar ongkos pete-pete, aku masih berdiri tepat dimana saya turun, dan dan mencoba menangkap bau yang ada disekitar tubuhku, aku mencium tasku, jaket dan baju, celana dan turun kebawah kucoba menengok sepatuku, mungkin aku menginjak sesuatu yang menjadi sumber bau busuk diatas pete-pete,  ya ampun... ternyata betul ada melengket kulihat dan itu tidak sedikit. 
Baunya minta ampun..........




Selasa, April 10, 2012

Ke Sinjai

Assalamu alaikum Warahmatullahi wabarakatuh


Hari ini aku pergi kesinjai setelah mendengar kabar kakek sakit keras.
Pagi-pagi aku menelepon ibu musdalifa, sekedar minta izin kalo hari ini saya tak masuk kantor.
Pukul 08:00 Setelah memasukkan pakaian dalam tas, sayapun bersama bapak berangkat ke kota Maros naik pete-pete.

Rencana kami mau naik motor saja, tapi berhubung motorku belum diservis jadinya tidak jadi dipakai.
Setiba dibahu jalan tepat Jalan Nurdin Sanrima Kota Maros.
sekitar 15 menit kami menunggu disana.

Mobilnyapun tiba, warnanya biru, mobil izuzu panter yang sering orang mengejeknya “panggilan terakhir” mungkin karena telah banyak inisiden kecelakaan menggunakan mobil ini, tapi bagi saya ini sebuah fenomena yang aneh. Mengapa orang-orang mengatakannya mobil ini begitu menakutkan, tapi sebenarnya kalo dipikir supirnya sendiri yang sangat ingin cepat sampai tujuan hingga ugal-ugalanlah mereka di jalan yang tak sedikit mengancam nyawa dirinya, seluruh penumpangnya dan pengguna jalan.

Tapi maumi diapa, sekarang sudah adama diatas mobil
uuuu    den de .............. saya sempat shok setelah beberapa detik terjepit diantara pantat-pantat penumpang, termasuk pantat bapak saya dan pantat cewe disamping saya yang terlihat gede.
wahhhhhhhhh.....

Saya sulit bernafas, posisi saya tak sesuai yang saya harapkan, sepertinya rongga dada ini tak mampu menampung udara yang saya hirup diatas mobil. Mauka kurasa teriak tapi malu-malu. hingga muncullah ide dalam ketersiksaan ini.

“cewe mauki tidur”, sapaku pada cewek yang ada disampingku
 diapun menganggukkan kepalanya. Langsungku menggerakkan badanku kedepan, melipat tangan menarohnya diatas jok kursi sopir dan penumpang yang duduk didepanku.
Sayapun diam dan menikmati hembusan angin gunung yang berhembus dijendela kaca samping pak supir, terasa dada ini kembali sehat. Juga pak supir pintar sekali memilih lagu sampai-sampai saya sangat senang diatas mobilnya walau kami berhimpitan duduk disini.

Ow.... ow.. saya heran ketika cewek yang duduk didepan samping pak supir tertawa, dan bersahutan pula cewek disampingku termehek. Ketawanya seperti monyet, sepertinya dia berbisik melalui pesan sms. Ternyata ini berdua berteman, saya terkejut dugaku sms yang mereka kirimkan menyindir-nyindir saya, atau kira-kira membincangkan saya. Tapi saya anggap itu pesan yang berisikan pembicaraan positif, karena hari ini saya adalah orang yang paling gagah diatas mobil, maklum saya sendiri yang pemuda disini, semuanya orang tua. Hehehehe....

tunggu lanjutannya...

Minggu, April 08, 2012

Nginap dikostnya Aden

Assalamu alaikum Warahmatullahi wabarakatuh

Karya Dany UKM Seni UMI
Tubuh Memakan Tubuh

Aku, Afdal, Mahmud, nginap di kostnya Aden.
seperti banyaknya pemuda yang mehabiskan malamnya untuk pacaran. berempat kami telah melalui malam minggu yang tak ceria. Tapi kutahu bahwa malam minggu kami sangat sederhana, sebab telah menghadiri kegiatan teman-teman pekerja seni kampus. dan inilah bentuk ikatan silatuhrahmi kami.

Tepat pukul sepuluh pagi, kubersihan mataku dari kerak mata yang meleleh di diselipan bulu mata. Sedikit kuangkat kepalaku tak sadar kumenjumpai sahabatku Mahmud sibuk mengutak ngatik laptopnya.

kami terlambat bangun pagi. karena malam tadi kami menghabiskan enam buah film bokep sebagai penghantar tidur, dan berharap semoga di taman mimpi bertemu dengan putri duyung yang siap menyelami gelora syahwat yang semakin bergejolak.

Tapi harapan toh.. tak terkabul. Tuhan Maha Adil, mimpi basah disimpan dulu untuk malam-malam nanti.

ditulis hari minggu 8 april 2012. pukul 15:30 WITA.

Senin, April 02, 2012

Sang Petualang yang Pulang

Assalamu alaikum Warahmatullahi wabarakatuh

Jangan ragu engkau pulang jika telah kau titipkan kami rindu yang akan menggigit rindumu.

sisa sisa perjuangan semoga anda tidak tersesat dijalan yang benar

Perkenalan kita menambah jelas bahwa kita berbeda mengenai kentalnya keimanan. namun kau dan aku mempunyai harapan yang sama yaitu sama-sama ingin menebarkan kedamaian.
Saya sedih jika engkau pulang tanpa ada penyampaian padaku beberapa hari sebelum keberangkatanmu menuju daratan kalimantan.
Ternyata malam tepat tanggal 1 April 2012 aku menemuimu sedang bergegas membereskan barang yang hendak kau giring pulang kekampung halamanmu.

“Saya sedih saudaraku” Kepergianmu esok tak sempat kurangkul lama-lama dengan curhatan mengilas pertemuan kita di empat tahun silam kala menjabat Mahasiswa Baru. Kesedihanku pula kujanjikan nanti kan kularutkan bersama rindu yang menyapamu lewat doa nan tulus, berharap dinda kembali kekota angin Mammiri ini.

Saya beruntung mengenal sosok sepertimu, yang mampu mencerahkan cahayaku yang kerap menghitam dan buram dalam ketersesatanku di dunia fana ini.

Dimana lagi aku  mencari orang sepertimu jika seandainya kau pulang dan takpernah ada kesempatan kembali.?

Namun terngiang jelas bahwa pernah kau menyadarkanku dengan lontaran kata yang mendesir didada yang karang ini. Itu terjadi beberapa bulan lalu. ketika masih berada diasrama kalimantan jl perumahan H. Kalla. Kau berkata padaku
“jika seandainya kau tersesat, ingat mengucap La ilaha Illallah, dan jika seandainya kau berbuat dosa segeralah bertaubat, dan jika hatimu bernoda ingatlah segera berzikir, sebab segala noda ada pembersihnya, pembersih hati adalah zikir”. Moment inilah yang akan kurindukan kelak nanti jika kau tak disisiku.

Seperti petir menyambar tepat dijantung, seperti itu melintas dibenakku, sebongkah pertanyaan padamu yang ternyata sepatah kata yang kuciptakan telah menyesatkanku. dan kau mampu menghancurkan ketersesatanku ini.
kataku seperti ini.
Upik “hidup ini penuh dengan kejutan ya...”.?

Dengan rendah hatimu bergitu cerdik memberikan pesan religi padaku yang sampai sekarang tak bisa ku afikkan dalam relung hatiku.
Sebongkah katamu itu bunyinya seperti ini.:

“Ucu kejutan itu memang penuh dengan misteri dan yang paling penting janganlah kau terpenjara pada kedua mata yang menangkap kejutan diselubungi perjuangan syaitan yang berusaha mewujudkan mimpi-mimpinya menjobloskan kita dalam neraka. Mata inilah ujung tombak terjadinya kesesatan, begitupula sebaliknya. Dengan mata ini, kita bisa lebih mulia (mata batin utamanya) .”

Seperti itu mungkin saya kisahkan hal-hal yang paling berkesan terhadap saudaraku ini, akhirnya dibalik kesan itu, saya pahami bahwa saudaraku juga pernah disandungkan pada masalah yang kuhadapi, Tapi itu bukan alasan untuk tidak mau berubah. kegagalan membuatnya hati-hati, kutahu iya mengkepompongkan semangatnya untuk berubah menjadi kupu kupu yang indah. Selamat pulang kawan, sehat-sehatki disana.




Taufik
Engkau bagaikan ikan yang menyelam dilaut biru
seperti cerianya anak yang tak bisa dihentikan ketika bermain hujan disaat kemarau.

Engkau selalu menghitung hari dalam menyusuri jalan hidup ini, tapi kutahu kau menghitungnya dengan detik, sangat sederhana namun pasti.

Kutahu pula engkau pengembara yang sangat telaten melewati rimba, menapaki bukit yang landai berkrikil cadas, serta menaklukan gunung itu soal gampang

Namun kutahu pula pada persoalan wanita engkau selalu ramah, sebab seingatku sempat kau bisik ditelinga ini, kisah ibumu yang selalu memberimu ASI disaat balita.