Jumat, Februari 17, 2012

Kamar dan pristiwanya

Assalamu alaikum Warahmatullahi wabarakatuh
Back to Home
             Hari hariku banyak terselesaikan dirumah tepatnya dalam kamar ukuran 4x5 meter yang kelak rumah ini dijanjikan warisan buat ku. Kamar ini terisi lemari kayu peninggalan nenek (ibu dari ibuku) didalamnya tertata rapi pakaian hari hariku. Di atas lemari itu tumpukan buku terlihat usang, Kebanyakan buku itu sisa sisa perjuangan skripsi yang meninggalkan jejak terbilang banyak untuk mengakhiri perjuanganku di bangku kuliah dulu.

Di kamar itupun terdapat ranjang yang sempat di angkat dari kamar belakang, kamar milik ibuku. Dibawah ranjang itu telah kusemayamkan gitar akustik berdawai nilon yang kubeli di kota bogor 2 tahun lalu, tepatnya bulan agustus 2009. Maklum aku suka bermain musik. Gitar ini hasil jajananku yang tersisah dikala aku berkelana membawa nama komunitas teater kampusku. Dibawah ranjang berkayu bayam ini pula, kuselipkan Badik pemberian ayah yang harapannya sebagai penjaga diriku disaat ku terlelap tidur.

Didekat pintu kamar terdapat meja yang pendek setinggi lutut. Meja ini meja tua bentuknya antik dan menarik, berkas lamaran kerja baru-baru ini telah ku tulis di atas meja itu. Di meja itu juga terdapat laci bawahnya, laci tempat menyelipkan dompet, jam tangan, pulpen, flashdisk, handphone dan terkadang kunci motorku. Dan melihat kelantai terdapat Karpet orange dengan kombinasi warna kuning, orange dan biru bergambar kancil yang memandangi beruang sedang memetik bunga. Cukup menghilangkan rasa suntukku di dalam kamar itu, saya kebanyakan meluangkan waktu diatas karpet berkain bludru itu ketimbang berada diatas ranjang sambil berkhayal dan menggiling guling yang empuk.

Tak lazim aku sering memplototi bingkai foto fotoku yang terpajang didinding dekat jendela kamar. Kadang berkhayal kemana langkahku nanti kan kubawa jika aku tak pernah berani berbuat. Sebab jujur saya belum pernah berbuat sesuatu yang bernilai dalam hidup ini. Kebiasaan didalam kamar ini ku habiskan untuk belajar. Di dalam kamar aku juga ditemani laptop pemberian kakak mereknya tak nyentrik seperti apple, toshiba, acer, HP, yang biasa digunakan mahasiswa seangkatanku dulu. Namun ku mensyukuri apa adanya yang kumiliki. petualangan bersama laptop ini bisa dibilang seperti pedang digunakan dalam perang tak akan membunuh tanpa adanya gagang untuk digenggam si pemiliknya. Begitulah saya sangat menghargai laptop pemberian kakak saya ini. Berbagai kesulitan telah ku eksekusi mulai dari operasi tugas tugas kuliah sampai peperangan melawan skripsi dulu. bahkan biasa dalam sehari saya menghabiskan perbicangan mataku dengan layar laptop guna menyelesaikan 5 buah film serta perbincangan persahabatan di jejaring sosial dan tentunya pula banyak tulisan tulisan dan inspirasi telah terlahir di laptop ini.

Kembali lagi melihat isi kamarku.
Disini begitu hampa tak ada bising dan jauh dari keramaian walaupun sesekali suara mobil melaju di depan rumah. maklum rumah letaknya di dekat jalan raya. Namun di kamar ini suara panggilan ibu dan ayah ketika memanggil didalam rumah cukup terdengar untuk aku menyahutnya, bahwa aku berada di kamar.
Kegemaranku didalam kamar membuatku apatis terhadap orang orang sekampungku, bukannya sombong tapi serasa aneh tak pernah lagi bercakap setelah tammat SD dengan anak anak yang dulu sebayaku. Walaupun ada waktu palingan aku menyapanya jika saat jumatan di masjid desa ini.

Didalam kamar seringnya aku ketakutan. Bukan karena aku sendiri di dalam kamar, tapi aku takut di cap sebagai seorang penyendiri dan sombong bergaul dengan orang orang kampung. Sampai sampai sepupuku pernah mengajakku keluar tapi aku tak mau hingganya itu dia tak mau lagi mengajak diriku bermain bersamanya.  Sungguh hari-hari yang ku lewati begitu kritis akan sikap ketidak humanisanku, berbagai cara telah kutempuh untuk bisa belajar jika berada di desa ini.

Aku harus keluar, yah... sekurang kurangnya berbelanja kewarung yang tak jauh dari rumahku, atau setidaknya berusaha untuk olah raga seperti lari lari pagi di pinggir jalan raya depan rumah. Tapi apa boleh buat, ke jutekan  menjeratku dalam pandangan orang orang yang kuhadapi di desa kelahiranku ini, seperti musuh laksana elang melihat ayam. Tapi jerihpaya kuafikkan bahwa suatu saat saya harus berubah dan berusaha membuat maju desa ini, sarjana kesehatan masyarakat yang kusandang kujanjikan bermanfaat kelak dikemudian hari. Bukan hanya desaku tapi masyarakat yang ada disekitarku dimanpun aku berada yang nantinya membukakan mata orang – orang sekitar bahwa wajarlah dia takpernah bergaul karena giat belajar dirumah untuk masa depan dan harapan kita semua. Aku mau diandalkan mulai sekarang terus belajar dan berbuat. Diatas kata adalah perbuatan, diatas cinta adalah perbuatan. Kisah ini ku tujukan buat orang orang yang giat belajar di rumah didalam kamarnya....
Tabe.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar