Rabu, Februari 15, 2012

Berlabuh di Pamor Badik

Assalamu alaikum Warahmatullahi wabarakatuh
                                                                    
Badik Pemberian Ayah

Besi dicampur besi jadi besi, di tempah sang empuh maka kau berlabuh di Pamor Badik

Badik adalah senjata khas suku bugis makassar, orang-orang tua selalu berkata
“Gunakanlah badik Untuk melindungi Masyarakat bukan untuk di pakai marah-marah, berkelahi, bertengkar atau semacamnya”

Seseorang pernah berkata padaku “dahulu kala dimasa-masa belum dikenalnya hukum mengenai larangan membawa badik. Masyarakat sulawesi selatan percaya akan adanya energi dari badik itu dan merujuk kepada Pamor yang terlihat dibadan badik yang di jadikan jimat bagi penggunanya. Bahkan dahulu kala seorang ayah mendatangi sang panre besi (empuh pembuat badik) untuk membuatkan badik kepada anaknya, berharap semoga badik tersebut menyampaikan cita-cita, harapan dan karakter yang akan di bangun pada anak tersebut kelak jika dewasa”.

Badik dulunya seibarat dengan pernak pernik / perhiasan yang di kenakan di badan seseorang, biasanya badik di sangkungkan dipinggang penggunanya, ada yang mau di pinggang sebelah kanan ada juga biasa menarohnya di pinggang sebelah kiri. Seperti halnya gelang atau perhiasan tangan yang dipasang dipergelangan tangan dan terserah tangan yang mana. Seperti itulah dahulunya badik. Badik hampir sama dengan perhiasan bukan untuk di pakai menikam, menakut-nakuti seseorang, atau bahkan membunuh, Cuma dipercayainya badik memiliki energi yang di harapkan positif bagi penggunanya.

Lain jaman, lain pula orangnya.
Di tahun ini 2012 saya melihat hanya sedikit orang yang menggunakan badik sebagaimana di anjurkan orang-orang pendahulunya. Di media cetak dan elektronik kerap kali diberitakan kasus kejahatan seperti penikaman berujung pada pembunuhan dimana insiden tersebut menggunakan senjata tajam yaitu badik.

Hari ini tanggal 16/02/2012.
Saya mencoba menghunuskan antara logika dan perasaanku mengenai pemaknaan badik hingga
Kejujuran hatiku berkelana menuju ruang-ruang pikiran hingga logikaku terbongkar dan memuncul pertanyaan mengapa dulu badik diciptakan berbentuk senjata. Dimana salah satu bilahnya yang tajam mampu meyayat kulit dan ujungnya mampu menembus daging dan meretakkan tulang jika ibaratkan simbol keanggunan dan kewibawaan mengapa bentuknya seperti itu?

Sesekali ada jawaban yang menyesatkanku bahwa ada cerita orang dahulu berkata
“sejatinya badik digunakan untuk kebaikan dan menebus harga diri seorang pemiliknya maka pantang badik dimasukkan kedalam sarungnya tanpa menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
Justru memaknai jawaban itu saya tambah tersesat, mengapa harus menyelesaikan masalah dengan mengeluarkan badik dari sarungnya.???   

Kini hatiku tenang jawabanpun aku dapatkan dari dalam diriku.
Bahwa “Badik yang baik adalah badik yang menyelesaikan masalah tanpa keluar dari sarungnya”.
 Sampai sekarang saya harus belajar mengenai makna di balik pamor badik tersebut. dan Mari terus belajar sebab hanya kita sebagai pewaris budaya yang bisa melestarikan peninggalan berharga mengenai kebudayaan Bugis Makassar ini.
Tabe........

1 komentar:

  1. Assalamualaikum....
    Saya Sangat salut melihat isi dari cerita dari bapak..saya juga sangat sependapat dengan cerita itu..Badik yang baik adalah badik yang menyelesaikan masalah tanpa harus keluar dari tempatnnya...dan sedikit cerita membahas mengenai pamor menurut saya dan saya ulang lagi ini menurut saya untuk memilih badik yang bagus adalah dengan merasakan dengan hati bahwa badik itu baik di bawa kemana2 dengan berniatkan "saya ingin mencari badik yang bisa menjaga saya tanpa badik itu keluar dari tempatnnya" Jangan pernah berfikir negatif..mengenai pamor memang ada pamor2 tertentu yang sudah di buat oleh panre (Pandai Besi) sebagai alat untuk perang yang biasa kita barang itu panas jika di bawah2 kemana2. Mungkin itu sedikit cerita dari saya, Jika beriminat koleksi badik bisa mengunjungi blog saya www.pusakadaengnaba.blogspot.com...Trima kasih

    BalasHapus