Senin, Mei 09, 2011

POHON JAMBU KINI TINGGAL KENANGAN


Assalamu alaikum Warahmatullahi wabarakatuh

Aku tidur siang dan baru terbangun sore ini, kebiasaanku ketika bangun dirumah aku langsung keluar rumah, namun sinar matahari dari barat begitu vulgar menyinari tubuhku yang tidak memakai baju disore ini.

Perasaanku aneh dan ini tak seperti kemarin, bulan kemarin dan tahun-tahun kemarin. Kenapa bisa rasa ini berbeda dengan yang ada sebelumnya karena panas mentari menerpaku langsung dan biasanya sinarnya terhalangi oleh pohon.?

Astaga Mulutku terngangah  begitu melihat didepan rumah, pohon jambuku habis ditebang, aku marah dan mengomel  dirumah sore ini, serentak orang rumah kaget disaat ku mengaung 
Ah..... nasambala..... .
“we... siapa inikah potong pohon jambu.?
 
Bapakpun angkat bicara

“tadi saya suru Dg Sikki tebangki.”

 Spontan ucapku

“Edede..... kan tidak apa-apa jie dulu itu dibiarkan tumbuh, kah masih lama juga pelebaran jalan, kenapa terburu-buru sekalikah di potong”.

Begitu ocehku sama bapak dan semua orang dirumah diam melihatku marah-marah.
Tidak ada yang berani melawanku sore ini karena memang salah mentong orang dirumah karena tidak konfirmasi dulu sama saya baru nasuruh tebang itu pohon jambu.


Manna mamo dia yang tanam tapi saya yang rawat itu pohon.

Sebab saya sayang sekali itu pohon jambu kasihan. Dan beberapa tahun lalu waktu masih duduk di bangku SD. Banyakmi orang sudah kupukul ketika anak-anak kampung memanjat pohon jambu itu dengan niat mencuri buahnya yang manis, ketika dia berada diatas pohon sayapun melemparinya batu dan menantangnya berkelahi. Tidak sampai disitu saja.

Masih terngiang jelas

Disaat saya duduk di bangku SMP-pun (waktu masih nakalka dulu dan selalu bicara kotor), anak-anak sekolah selepas pulang sekolah kadang singgah berteduh dibawah pohon untuk tahan pete-pete. namun terlanjur kutahu dia memiliki motif lain yakni menjarah seluruh buah jambu yang pohonnya tumbuh diluar pagar rumah.
"we...... talaso..... palukka-na iniee." ucapku kotor dan lantang meneriaki pencuri jambu waktu itu. dan segera ku menggenggam batu yang besar sekepal tanganku dan siap membidik kepala anak-anak sekolah itu seakan meracca kepalanya satu persatu dengan batu yang bejejer rapi dekat teras rumah. Tapi cepat dia sadar jadi dia ambil langkah seribu.

“teako alle jambuku” begitu kata-kata lontaranku sedikit cemas karena ada beberapa jambu  merah yang dimakannya ternyata. Ich... cilakana mentong itu orang palukka jambua.

Ah.... itulah mengapa saya sedih sekali dan penuh kegundahgulanaan, ketika kumenemukan pohon jambuku kini habis di mutilasi Dg Sikki, tapi apa lacur. nasi sudah jadi bubur, saya sangat kecewa sore ini karena pohonpun dikorbankan untuk pelebaran jalanan diera moderenisasi sekarang. Tapi sepertinya berbeda dengan apa yang terealisasi ketika kumembandingkan pemerintah kota Makassar dengan Maros ,

Bulan lalu saya KKN di kota makassar dan salah satu program kerja tim kami, yaitu pelestarian lingkungan dengan penanaman pohon lindung di kelurahan lokasi KKN-ku, disana pak RT-pun menuturkan tanamlah saja itu pohon dipinggir jalan raya, dan langsung saya berkata nanti akarnya pak merusak pondasi selokan dan aspal jalan raya.?

Pak RT (Dg Gassing) kembali menegaskan : “Bapak walikota sendiri pernah bilang : Biarlah Jalanan Dikorbankan Yang Penting Pelestarian Lingkungan Ditegakkan”. Betul menurutku. tapi hal ini berbeda dengan yang saya dapati di daerahku, dan pastinya setiap daerah berbeda visi dan misi namun harapanku visi misi itu bisa baik tampa ada yang dikorbankan.




"Kini aku berdiri dipagar rumah namun kepiluan itu masih tertoreh, tapi kupun yakin keelokan landai dihelai daun-daun jambu menyingkap tabir menangkap angin hembuskan nafas keluhanku pada bunga."






Tidak ada komentar:

Posting Komentar