Kamis, Mei 26, 2011

Jawaban Nak

Assalamu alaikum Warahmatullahi wabarakatuh
Lembar puisi saya temukan kusut ditumpukan kertas digudang gedung mulo makassar 26 Mei malam itu.


Nak kau sirami rerimbun kecewa bersama mekarnya melati. Wanginya menina bobokkan mentari pagimu, sehingga impianmu kau kubur digundukan mendung nasibmu.
Nak. Aku tahu yang kau rasa hanya rintikan hujan yang mennghujam jiwa, sakit nak!?? Rasa itu juga kurasakan karena aku bapakmu  yang membagi hati yang selalu mengendong diamnya otakmu, sakit hatimu, benci perasaanmu dan juga sinis senyummu.
Nak, maafkan bapak karena waktu tak memihak reruntunnya “merodikan harimu tanpah upah segelas susu.
Nak, bapak hanya mampuu memberikan kau secuil bekatul kemarin bukan terang bulan yang dioles margarin.
Nak, lihat ini. Ini singkokng kuning yang mulai menjadi tape hanya ini yang kita punya. Terimalah!
Nak, kemarin kau bertanya tentang cita-cita, sakit nak hati bapak seperti disambar petri, hati bapak kau tampar.
Nak kita ini sudah terlanjur basah oleh gerimis amis, jadi cita-citamu itu tak lagi manis semanis kismis, cita-citamu telah berubah rasa dan arah cita-citamu telah kau tenggelamkan bersama derasnya kuingat asin yang kau paksakan, karena sekali lagi waktu tak memihak.
Nak, jangan kau bersedih, jangan kau bingung, jangan kau malu pada temanmu. Mereka tertawa karena mereka tak mengenalmu dengan baik.
Nak, bapak tidak mampu kasih kau tahu apa impianmu, apa cita-citamu jawaban itu sebenarnya telah kau miliki seketika kau mampu bertanya tentang “APA”
Nak, bukan sekolah tempat untuk kita sekolah. Sekolah itu sarang lebah yang tunduk pada ratunya. Maukah kau menjadi orang yang ditundukkan.??
Lupakan lah sekolah nak. Belajarlah darinya, dari hujan daun yang mampu memekarkan bunga “Dewantara” dialah guru yang bijaksana.
Nak, tidakkah kau lupa saat sehari kau memakai seragam merah putih dengan dasi yang agak miring kekiri. Besoknya, kau dihujani surat putih didalamnya terukir kata-kata yang membuncah amarah.
“silahkan kau angkat kakimu jika nominal janji hitam tak dipenuhi”
Nak ingat ! sekolah itu jahat cita-citamu dibuatnya menjadi mayat yang tergenjit dilahat bersama tiga wasiat.
“ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”
Sayang nak bapak malu tidak ingat arti tersurat
Sekolah tidak butuh wasiat, sekolah itu uang, bapak tak punya itu. Sudahlah nak lupakan sekolah, cita-citamu tidak ada disana, disana bukan tempatnya menggapai cita-cita orang macam kita, disana adalah tempat perkabungan duka. Sudahlah.!
Kalau kau sayang bapak, jadilah seperti bapak, menurutlah pada bapak!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar