Senin, April 02, 2012

Sang Petualang yang Pulang

Assalamu alaikum Warahmatullahi wabarakatuh

Jangan ragu engkau pulang jika telah kau titipkan kami rindu yang akan menggigit rindumu.

sisa sisa perjuangan semoga anda tidak tersesat dijalan yang benar

Perkenalan kita menambah jelas bahwa kita berbeda mengenai kentalnya keimanan. namun kau dan aku mempunyai harapan yang sama yaitu sama-sama ingin menebarkan kedamaian.
Saya sedih jika engkau pulang tanpa ada penyampaian padaku beberapa hari sebelum keberangkatanmu menuju daratan kalimantan.
Ternyata malam tepat tanggal 1 April 2012 aku menemuimu sedang bergegas membereskan barang yang hendak kau giring pulang kekampung halamanmu.

“Saya sedih saudaraku” Kepergianmu esok tak sempat kurangkul lama-lama dengan curhatan mengilas pertemuan kita di empat tahun silam kala menjabat Mahasiswa Baru. Kesedihanku pula kujanjikan nanti kan kularutkan bersama rindu yang menyapamu lewat doa nan tulus, berharap dinda kembali kekota angin Mammiri ini.

Saya beruntung mengenal sosok sepertimu, yang mampu mencerahkan cahayaku yang kerap menghitam dan buram dalam ketersesatanku di dunia fana ini.

Dimana lagi aku  mencari orang sepertimu jika seandainya kau pulang dan takpernah ada kesempatan kembali.?

Namun terngiang jelas bahwa pernah kau menyadarkanku dengan lontaran kata yang mendesir didada yang karang ini. Itu terjadi beberapa bulan lalu. ketika masih berada diasrama kalimantan jl perumahan H. Kalla. Kau berkata padaku
“jika seandainya kau tersesat, ingat mengucap La ilaha Illallah, dan jika seandainya kau berbuat dosa segeralah bertaubat, dan jika hatimu bernoda ingatlah segera berzikir, sebab segala noda ada pembersihnya, pembersih hati adalah zikir”. Moment inilah yang akan kurindukan kelak nanti jika kau tak disisiku.

Seperti petir menyambar tepat dijantung, seperti itu melintas dibenakku, sebongkah pertanyaan padamu yang ternyata sepatah kata yang kuciptakan telah menyesatkanku. dan kau mampu menghancurkan ketersesatanku ini.
kataku seperti ini.
Upik “hidup ini penuh dengan kejutan ya...”.?

Dengan rendah hatimu bergitu cerdik memberikan pesan religi padaku yang sampai sekarang tak bisa ku afikkan dalam relung hatiku.
Sebongkah katamu itu bunyinya seperti ini.:

“Ucu kejutan itu memang penuh dengan misteri dan yang paling penting janganlah kau terpenjara pada kedua mata yang menangkap kejutan diselubungi perjuangan syaitan yang berusaha mewujudkan mimpi-mimpinya menjobloskan kita dalam neraka. Mata inilah ujung tombak terjadinya kesesatan, begitupula sebaliknya. Dengan mata ini, kita bisa lebih mulia (mata batin utamanya) .”

Seperti itu mungkin saya kisahkan hal-hal yang paling berkesan terhadap saudaraku ini, akhirnya dibalik kesan itu, saya pahami bahwa saudaraku juga pernah disandungkan pada masalah yang kuhadapi, Tapi itu bukan alasan untuk tidak mau berubah. kegagalan membuatnya hati-hati, kutahu iya mengkepompongkan semangatnya untuk berubah menjadi kupu kupu yang indah. Selamat pulang kawan, sehat-sehatki disana.




Taufik
Engkau bagaikan ikan yang menyelam dilaut biru
seperti cerianya anak yang tak bisa dihentikan ketika bermain hujan disaat kemarau.

Engkau selalu menghitung hari dalam menyusuri jalan hidup ini, tapi kutahu kau menghitungnya dengan detik, sangat sederhana namun pasti.

Kutahu pula engkau pengembara yang sangat telaten melewati rimba, menapaki bukit yang landai berkrikil cadas, serta menaklukan gunung itu soal gampang

Namun kutahu pula pada persoalan wanita engkau selalu ramah, sebab seingatku sempat kau bisik ditelinga ini, kisah ibumu yang selalu memberimu ASI disaat balita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar