Sabtu, April 14, 2012

Bukan saya yang bussu, Pete-pete’ta yang Bussu

Assalamu alaikum Warahmatullahi wabarakatuh


Hari ini kamis 12 April 2012

Jam 1 siang perjuangan ini akan kumulai dengan semangat membara, aku akan mengikuti tes Toefl di UNHAS sebagai salah satu persyaratan ujian kelulusan masuk perogram pasca sarjana disana. Namun perjalanan ke UNHAS sengaja kubuat berbeda. Aku sudah lama tak naik pete-pete jadinya kusimpanlah motor di sekeretariat UKM Seni UMI supaya kumerasakan kesederhanaan seperti mereka orang-orang yang sederhana.

Pete-Pete
Kutahu bahwa jarak antara Kampus UMI ke Kampus UNHAS  adalah 8 Kilometer, mana lagi Nuansa makassar dengan teriknya matahari terasa menyengat kulit, maka kupakailah jaket Sambil kupasang headset, dan mendengarkan musik. Ku ulurkanlah tanganku dibahu jalan sedikit condong tubuhku kedepan setelah melihat mobil 05 kode UNHAS.
Mobil tersebut singgah. Ku tengok dari cermin ternyata sudah full penumpangnya. Bueghdeedee.... dalam hati ringkas sekali berkata tidak ji pak, tapi logika ini berucap saya bisa terlambat ikut ujian kalo begini. Maka kupasrahkanlah diriku untuk siap berhimpitan diatas mobil.

Ku pause kan musik yang tadi sempat kuputar melalui HP. Dengan lincah Kaki kanan saya mulai masuk dipintu pete-pete. Kumenjumpai seluruh penumpang ternyata kaum hawa. Akupun merundukkan kepalaku seolah kepala ini melirik sela-sela kursi penumpang yang kosong, ternyata sama sekali tidak ada tempat duduk kosong kujumpai.

Ah......  kugelengkan kepala. Niatku turun dari mobil pete-pete sangat besar, namun kubayangkan bagaimana jadinya jika aku terlambat ikut ujian.

Ow..... ternyata ada tempat duduk yang tidak diduduki, tepatnya didekat pintu pete-pete, belakang pak supir. kursinya kecil. Hanya seorang yang bisa duduk disana. “biarmi deh.. disinima” ucapku dalam hati.

Mobil pete-petepun berjalan. Kembali lagi aku mem play kan musik di HP sambil bersenandung dalam hati. Ku coba melihat seluruh perempuan-perempuan yang ada diatas pete-pete. Wah.... sepertinya kebanyakan mahasiswi, tapi ada juga wajah ibu-ibu terlihat dari kerutan garis parasnya.
Kembali lagi pandanganku kuarahkan keluar dipintu pete-pete, sekitar berada di depan kantor gubernur mobil ini berada.

Wah...... pak supir tiba-tiba memelankan mobilnya mungkin karena macet yang dihadapi didepan pintu gerbang kantor  gubernur. Tersendak tiba-tiba merem. Kursi ku bergoyang. Wadoh... aku terpeleset diatas mobil, aku hampir jatuh’duduk disini, ku juga hampir malu pada seluruh penumpang

Mobil kembali melaju...

Wu.... de eeeee..... aku mencium aroma yang sangat busuk diatas pete-pete, serontak penumpang yang berjilbab menarik sepotong jilbabnya untuk menutup hidung. Adapula yang mengatakan bussuk-nya, bau apa ini.? Begitulah dia bertanya pada seluruh penumpang yang penuh dengan tanda tanya akan aroma tersebut. ?????????????????

Dia menatap saya sangat keji, sebab sepertinya aroma ini berhembus dari belakang supir pete-pete, tepat dikursi yang saya duduki.

Astaga .... kulihat mata-mata perempuan yang memandangiku seperti mengejekku, apa yang harus kuperbuat disini.? Aku tak mau malu,.... ku lontarkan pula sebuah pertanyaan.
“ehmmmm Bussuknya, bau apa ini.?” Sambilku menutup hidung pakai tangan.
Kembai lagi kulihat gerakan Perempuan-perempuan sedikit menggeser kaca jendela mobil ini, supaya aroma tersebut sedikit ternetralisir dari hembusan udara yang masuk. Tapi kurasakan juga bau busuk ini belum lenyap. Begitu pula kupandangi semuanya masih menutup indra penciumannya.
Mataku melirik kesana kesini, darimanakah asal bau ini.?

Aku tak menemukannya, aku tak bisa menangkap asal bau busuk ini. Walau aku sudah mengendus-ndus sekitaran tempat dimana saya duduk.
Kiri pak..... salah satu penumpang mulai turun tepat didaerah panaikang (jl Urip Sumiharjo).

Mobilpun kembali melaju.

Aku heran aromanya hilang seperti kentut ditelan angin. Wah..... dalam hati ini berkata sepertinya ibu yang baru saja turun adalah sumber bau busuk disini.
Sekitar 50 meter mobil melaju.

Astaga............... KODONG..... adami sede ini bau busuk menyengat. Seolah memaksa para penumpang keluar dari pete-pete. Bagaimana tidak, ini bau sangat Busuknya minta ampun seperti tai manusia yang telah makan terasi.
Ya... ampun seperti tadi.. hembusannya berasal ditempat duduk yang saya dudukki.
Tiba-tiba aku mengangkatkan kepalaku menatap semua penumpang yang ada disini.
Mauka bilang “we.... kenapa semua nu liat-liat’tika”, tapi aku juga tak mau bilang, aku takut menyatkiti hati perempuan.
Terlihat ada yang mau muntah sambil menutup hidungnya, ada pula menghadapkan wajahnya keluar kekaca jendela. Dan ada yang masih menatapku sambil berbisik pada penumpang disampingnya seakan dia mengejekku.

Ya.... Allah... ow... PUANG
Saya tidak tahu lagi bagaimana caranya mengelak, sebab bau busuk ini kurasakan berasal dari saya. Tapi aku juga tak percaya kenapa bisa aku busuk. ????
Pak supir angkat bicara.....
Bottona ..... apa anjokah.??? (bahasa makassar) artinya busukknya apakah itu.???
Saya yang duduk dibelakang pak supir menjawabnya, “tidak tahu ini pak, bau apa. Dari tadi bussuk sekali, tiba-tiba hilang tiba-tiba datang”
Aroma itu sangat betul-betul busuk, tapi entah mengapa ketika didepan M-tos (jalan printis) bau busuk itu mulai menipis.
Dan ketika mobil sudah berada di depan dikampus STIMIK (jl printis) tiba-tiba bau busuk kembali menyerang hidung yang sudah menyerah akan kebusukannya.
BONARA....nya... kodong. tai orang ini, kupastikan aromanya sangat jelas ini betul tai manusia.
semua penumpang bersahutan berkata Busuknya.......
unde.. de... aku juga tidak tahan dengan bau ini, serasa aku  ingin melompat dari pintu pete-pete namun kupikir dekatmi tujuanku.
dan tiba pula lah mubil didepan kampus UNHAS.

Mobil mulai masuk digerbang pintu satu UNHAS, bau busuk tiba-tiba hilang. Saya masih heran kenapa bisa hilang.???? Aroma Apakah sebenarnya ini.?
Kiri pada pak supir, begitulah ucapku ketika sampai ditujuan.

Setelah membayar ongkos pete-pete, aku masih berdiri tepat dimana saya turun, dan dan mencoba menangkap bau yang ada disekitar tubuhku, aku mencium tasku, jaket dan baju, celana dan turun kebawah kucoba menengok sepatuku, mungkin aku menginjak sesuatu yang menjadi sumber bau busuk diatas pete-pete,  ya ampun... ternyata betul ada melengket kulihat dan itu tidak sedikit. 
Baunya minta ampun..........




1 komentar:

  1. plok.plok.plok... heheheheh... sakit perutq ketawa... terimah kasih telah bercerita pake' bahasa makassar,,mengobati rindu pulang kampung

    BalasHapus